buaya memangsa manusia "terdesak dan terancam akibat ulah manusia"

Buaya senyulong atau yang lebih dikenal juga dengan sebutan buaya sapit termasuk kedalam satwa appendix 1 CITES. Satu dari empat spesies buaya yang ada di Indonesia ini  umu

m ditemukan di habitat air tawar, hutan rawa, sungai dan danau di kepulauan Sumatra dan Kalimantan. Buaya yang memiliki ciri khas morfologi dari moncongnya yang sempit dan memanjang ini, mengalami penurunan populasi dari waktu ke waktu. Perubahan fungsi hutan dan kerusakan habitatnya oleh aktivitas manusia menjadikan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan populasinya. Satwa yang umum memakan ikan, udang, babi, ular, biawak, burung, mamalia kecil dan monyet mempunyai panjang yang dapat mencapai 6 meter, selama ini hampir ini tidak pernah terdengar kasusnya memangsa manusia.

Pada awal tahun 2009 tepatnya tanggal 31 Desember 2008, terjadi peristiwa yang sangat mengenaskan, seekor buaya sapit memangsa manusia, kejadian ini terjadi di Sungai Kedipi yang merupakan Sub DAS dari Sungai Arut Selatan yang mengalir di Kabupaten Kotawaringin  Barat. Sungai yang dapat ditempuh dengan waktu ini 17 menit merupakan habitat buaya sapit, hutan rawa yang berada di sepanjang sungai yang memiliki lebar ± 12 m ini menjadikan sungai ini habitat bagi ikan air tawar, selain ikannya yang melimpah, kondisi hutan rawa disepanjang sungai menjadi habitat bagi beberapa primata seperti monyet ekor panjang dan bekantan.

Peristiwa dimangsanya manusia di sepanjang Sungai Kedipi  ini dialami oleh Sopian, 43 tahun warga Gang Walut 7, RT 16 Kelurahan Baru, kejadian itu bermula ketika korban bersama dua orang kerabatnya yang masih keluarganya berniat mencarikayu bakar di Sungai Kedipi dengan menggunakan Klotok (perahu kayu bermesin diesel). Setelah mengumpulkan kayu bakar sekitar 14.00 wib kemudian korban menghanyutkan kumpulan kayu itu di sungai kedipi yang dangkal dengan posisi korban berada di atas tumpukan kayu bakar tersebut menuju kearah klotok. Setelah kira-kira 50 meter menghanyut dengan kayu bakar, korban berteriak meminta tolong, spontan kedua kerabatnya ujang dan usup berlari mencoba melihat kondisi korban, tapi sangat disayangkan yang terjadi korban tenggelam ke dalam air dan hanya buih-bui

h air dari nafas korban yang terlihat, kedua rekannya menduga bahwa korban diterkam oleh buaya.

Setelah itu kedua rekan korban kembali ke rumah untuk mengabarkan kejadian tersebut kepada keluarga dan warga setempat, dengan spontan keluarga bersama dengan sekitar 100 warga lainnya bergerak menuju lokasi untuk melakukan pencarian

 korban dan buaya tersebut, dalam selang beberapa jam pencarian tersebut warga menemukan beberapa bagian organ korban ”Paru-paru, kaki kanan, dan hati”. Dalam pencariannya warga di bantu dengan orang pintar “Paranormal” untuk 

mengundang buaya, karena dalam budaya dan kepercayaan setempat buaya yang telah memangsa manusia merasa bersalah dan akan timbul pada saat dipanggil oleh paranormal, sekitar pukul 16.30 wib buaya yang muncul ke permukaan sungai langsung ditombak oleh warga dan disetrum. penyetruman dilakukan dengan menggunakan enam buah Accu 50 A. Dalam kondisi lemas buaya yang memiliki panjang ± 4 Meter dengan bobot ± 1 ton itu akhirnya di bawa ke lapangan sepakbola yang berada di Kampung Baru

Untuk mendapatkan bagian organ manusia yang lainnya dilakukan pembedahan bagian perut buaya, selain bagian organ seperti kepala, kaki dan lengan di dalam perutnya juga ditemukan  monyet ekor panjang dan bekantan. Dengan ditemukannnya kedua jenis primate tersebut didalam perutnya ini mengindikasikan bahwa pakan buaya tersebut masih mencukupi untuk mereka hidup di alamnya, aktivitas dari manusia melakukan penebangan liar dan pengrusakaan habitatnya membuat semakin terdesaknya keberaadaan buaya di sungai tersebut yang pada akhirnya dapat menyerang manusia.

Kejadian seperti ini bukan untuk pertama kalinya, sebelumnya pada akhir bulan November 2008 terjadi peristiwa yang serupa di daerah Pangkut, Kalimantan Tengah. Berbeda dari kisah ini kejadian di daerah Pangkut hanya di akbibatkan kekonyolan prilaku manusia.  Kerusakan hutan si sekitar kawasan sungai berpengaruh besar terhadap berkurangnya pakan buaya sapit, penebangan liar dengan alasan apapun menjadikan buaya sapit tersingkir dari habitat aslinya. 


Komentar

Postingan Populer