Kebakaran, Suksesi Sekunder dan Vegetasi yang tumbuh

Kebakaran sering kali terjadi seiring dengan datangnya musim kering atau yang dikenal juga dengan musim kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor baik yang disebabakan oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran yang terjadi karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api, bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya terjadi di pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di sebagian wilayah Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya. Tidak hanya hilangnya vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber pakannnya juga mengakibatkan mereka harus bergerak ke habitat lain.

Kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting menghabiskan hampir 1/5 kawasan SPTN III, Resort Tanjung Harapan daerah Beguruh yang sebagian besar vegetasinya hutan rawa gambut. Selain didaerah Beguruh kebakaran sering terjadi di SPTN I, Resort Pondok Ambung yang berbatasan dengan perkebunan sawit. Kebakaran yang terjadi dibelakang Stasiun Penelitian Pondok Ambung satu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 Februari 2008 menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada di sana, bencana yang menyebabkan hilangnya vegetasi seluas 6,6 ha yang terjadi akibat dari kelalaian manusia yang didukung dengan kondisi cuaca.

Kebakaran yang terjadi dapat dikendalikan dan api berhasil dipadamkan dengan kerjasama oleh berbagai pihak yang terkait dalam kurun waktu 5 jam, dalam proses pemadaman kendala yang dihadapi terkait dengan peralatan yang digunakan untuk pemadaman api. Dengan berjalannya waktu, hutan yang telah habis terbakar tersebut secara perlahan akan terjadi proses suksesi sekunder dimana jenis-jenis vegetasi pioneer akan tumbuh menggantikan vegetasi sebelumnya yang telah musnah, seiring dengan tumbuhnya vegetasi pioner ini menggundang satwaliar seperti rusa untuk datang dan memakan daun muda dan rumput yang terdapat disana. Proses suksesi akan terjadi bertahun-tahun untuk mengembalikan kondisi hutan dengan tumbuh jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya.

Pada tanggal 20 Feb 2009, Tepat satu tahun kebakaran staf Pondok Ambung melakukan kegiatan analisis dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh kembali di hutan yang telah terbakar, dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dalam proses suksesi, struktrur dan komposisi jenis sehingga dapat menggambarkan kondisi hutan. Tidak hanya untuk jenis tumbuhan tingkat tinggi, data yang diambil meliputi jenis paku-pakuan, semak dan jenis rumput-rumputan. Dari hasil kegiatan yang dilakukan didapatkan data keragaman jenis di lahan terbakar, jenis yang dapat tumbuh diantaranya beberapa jenis pohon, paku-pakuan, tumbuhan semak, rumput-rumputan dan kantung semar. Kantung semar yang tumbuh dilahan terbakar adalah jenis Nepenthes rafflesiana yang memiliki ciri bentuk kantong bawah oval dengan warna merah marun dan memiliki dua sayap yang cukup lebar. Jenis paku-pakuan yang mendominasi tumbuh pada lahan terbakar ialah jenis Gleichenia linearis dan Lycopodium cernuum. Pada tingkat vegetasi semak jenis yang dapat tumbuh adalah Melastoma malabathricum, Ochthocharis bornensis,Achasma coccineum Val. Blumea balsamifera dan Sesaraian.Dari suku rumput-rumputan dapat ditemukan dua koloni suku poaceae dan Cyperaceae. Darisuku poaceae ditemukan tiga jenis yaitu Digitaria ischaemum, Sorghum halepensedan Pennistrum purpureum, sedangkan dari suku Cyperaceae ditemukan 4 jenis yaitu Eleocharis parvula, Cyperus kyllingia, Cyperus distans dan Cyperus paniceus.

Untuk vegetasi pohon, jenis-jenis yang dapat tumbuh adalah jenis Schima wallichii korth, Garcinia sp, Rhodamina cinerea, Eugenia sp dan jenis lainnya. Dari beberapa jenis pohon yang tumbuh, jenis Schima wallichii korth lebih mendominasi tumbuh. Saat melakukan kegiatan analisis dan identifikasi di hutan bekas kebakaran sering ditemukan jejak, kotoran dan tumbuhan yang telah dimakan rusa, daun muda dari jenis sesaraian menjadi sumber pakan rusa. Walaupun sumber pakannnya terdapat di lahan terbakar tetapi intensitas bertemu dengan rusanya sangat jarang.

Sumber tulisan merupakan hasil survei yang dilakukan oleh staf Pondok Ambung


Komentar

Postingan Populer